Kali ini saya akan cerita pengalaman tentang take over KPR yang sudah saya lakukan dan prosesnya sebenarnya gak ribet-ribet banget. Oke, jadi ceritanya 3 tahun lalu saya ambil KPR rumah komersial di Bogor.
Di awal perjanjian saya pakai bank Mandiri dengan bunga flat promo 2,3% selama 3 tahun. Cicilan saya waktu itu 2,2 juta. Mengapa saya pakai Mandiri, karena payroll saya pakai bank tersebut jadi biar ringkas aja, awalnya seperti itu.
Sebelum akad KPR saya sebenarnya sudah tahu perkiraan kisaran bunga bank saat floating. Jadi saya tanya ke bank, simulasi saat floating di tahun keempat yait udi kisaran 4 juta dengan bunga 11%. Namun saat ini ternyata dunia semakin tidak pasti, bungan bank malah menjadi 13,7% dan cicilan sudah hampir menyentuh 5 juta.
Tentu hal ini membuat cashflow terganggu maka opsi selanjutnya adalah over kredit rumah atau take over ke bank lain yang lebih ringan. Jadi saya coba pergi ke bank-bank lain untuk comparing skema mana yang dirasa cocok. Akhirnya pilihan adalah yang syariah dengan 3 kali step kenaikan selama 15 tahun. Jadi ada pengurangan tenor 2 tahun dari KPR di mandiri. Cicilan jadi start di 3 juta, lebih bisa sedikit bernapas.
Di Bank BSI saya coba minta beberapa skema KPR dan yang enaknya biaya atribusi seperti denda pelunasan, asuransi, notaris dan lainnya ditanggung BSI. Selain itu masih ada sisa dana atribusi yang tidak terpakai jadi dikembalikan ke saya. Dana atribusi yang disedikan yaitu 10% dari sisa utang pokok KPR di bank sebelumnya. Jadi karena hutang saya 373 jutaan, maka BSI menyediakan 37 juta, dan yang terpakai 20 jutaan jadi masih ada sisa.
Apa langkah Take Over selanjutnya?. Saya menghubungi bagian pelunasan Bank Mandiri sesuai cabang di akad KPR lalu mengirim email pengajuan pelunasan. Setelah disetujui maka akan keluar rincian pinaltinya dan total pelunasan. Lalu kita isi surat pernyataan dan tanda tangan materai lalu dikirim kembali ke bagian manajer peminjaman. Karena saya pakai mandiri jadi pelunasan akan dilakukan di awal bulan depannya tanggal 1-10.
Sementara itu persyaratan di bank mandiri sudah selesai, saya siapkan data akad KPR di bank yang dipilih. Sama seperti akad awal KPR kita akan diminta KTP, KK, Slip Gaji, Rekening Koran, Slip PBB, Copy SHM, IMB hingga BI Checking. Bank juga akan melakukan apraisal ulang harga rumah, karena bisa jadi ada renovasi sehingga mengubah ukuran bangunan.
Nah setelah itu kita akan penjadwalan akad di bank baru dan datang bersama isteri. Penting dicatat bahwa untuk jaga-jaga sediakan dana darurat sekitar 20 jutaan. Karena kita akan diminta saldo blokir satu kali cicilan kemudian biaya asuransi di bayar di muka, itu yang saya alami. Setiap bank tentu akan berbeda aturan.
Kunci take over KPR adalah kita wajib cek simulasi perhitungan hingga detail, jangan sampai nanti shock ada biaya-biaya lain, karena pada dasarnya take over itu sama dengan ambil rumah baru. Maka itu saya pakai syariah karena biaya atribusi ditanggung sepenuhnya dan tidak pakai sistem floating.
Memang kalau di bank konvensional kita bisa nge bom utang pokok jika ada rezeki, namun untuk pekerja seperti saya akan sulit mengumpulkan uang misal 100 juta untuk ngebom. Maka dari itu saya memilih cicilan flat tapi sudah pasti, tidak ada aturan floating naik tajam seperti sekarang.
Setelah itu dana akan dikirim ke rekening baru di bank syariah kemudian ditransfer ke rek bank mandiri. Sistem bank akan autodebet pelunasan di awal bulan, yang penting dana sudah ada di rekening lama. Selanjutnya cicilan akan kembali dilanjut di bank baru.
Nanti setelah selesai, bank lama akan menjadwalkan pengamblian sertifikat rumah, lalu akan diserahkan ke bank baru. Nantinya saya akan didampingi pihak bank baru untuk pengambilan jaminan ke bank lama.
Itulah cerita saya take over KPR, jadi bagi yang shock bunga floating KPR naik tajam, mungkin bank syariah bisa menjadi alternatif solusi. Selamat hunting dan jangan lupa literasi yang banyak, mendalam agar tidak merasa tertipu di dunia perbankan.