Klasifikasi iklim Koppen, juga dikenal sebagai Klasifikasi Iklim Koppen-Geiger, adalah suatu sistem klasifikasi iklim yang paling banyak digunakan secara global. Sistem ini dikembangkan oleh ahli meteorologi Jerman, Wladimir Koppen, pada awal abad ke-20, dan kemudian diperbarui oleh Rudolf Geiger.
Klasifikasi iklim Koppen menggabungkan berbagai faktor iklim utama, seperti suhu dan curah hujan, untuk menggambarkan pola iklim di berbagai wilayah di dunia. Sistem ini didasarkan pada pengamatan suhu bulanan dan curah hujan tahunan, dan mengklasifikasikan iklim menjadi berbagai jenis berdasarkan variabel-variabel tersebut.
Sistem klasifikasi iklim Köppen mengkategorikan zona iklim di seluruh dunia berdasarkan vegetasi lokal. Wladimir Köppen, seorang ahli botani dan klimatologi Jerman, pertama kali mengembangkan sistem ini pada akhir abad ke-19, dengan mendasarkannya pada penelitian bioma sebelumnya yang dilakukan oleh para ilmuwan.
Para ilmuwan ini mengetahui bahwa vegetasi dan iklim memiliki hubungan yang sangat erat. Vegetasi yang tumbuh di suatu wilayah bergantung pada suhu dan curah hujan di sana, yang merupakan dua faktor kunci dari iklim. Daerah dengan curah hujan lebih banyak dan suhu yang lebih tinggi memiliki lebih banyak hutan, sementara daerah dengan curah hujan lebih sedikit cenderung menjadi gurun. Sistem klasifikasi iklim Köppen telah disempurnakan dan dimodifikasi beberapa kali sejak pertama kali diterbitkan.
Berikut adalah beberapa kategori iklim utama dalam klasifikasi iklim Koppen:
1. Iklim Tropis (Af): Iklim tropis terjadi di wilayah-wilayah di sekitar khatulistiwa. Iklim ini umumnya memiliki suhu tinggi sepanjang tahun dan curah hujan yang melimpah sepanjang tahun.
2. Iklim Subtropis (Cfa, Cwa, Csa): Iklim subtropis terjadi di wilayah-wilayah di dekat garis lintang 30 derajat hingga 40 derajat. Iklim ini ditandai dengan musim panas yang panas dan lembab, serta musim dingin yang relatif hangat.
3. Iklim Sedang (Cfb, Cwb, Csb): Iklim sedang terjadi di wilayah-wilayah di antara garis lintang 40 derajat hingga 60 derajat. Iklim ini memiliki musim panas yang hangat dan musim dingin yang dingin, dengan curah hujan yang cukup merata sepanjang tahun.
4. Iklim Benua (Dfa, Dwa, Dfb, Dwb): Iklim benua terjadi di wilayah-wilayah di tengah-tengah benua. Iklim ini ditandai dengan musim panas yang hangat atau panas, dan musim dingin yang sangat dingin, dengan variasi curah hujan yang signifikan antara musim.
5. Iklim Kutub (ET, EF): Iklim kutub terjadi di wilayah-wilayah dekat kutub. Iklim ini ditandai dengan suhu rendah sepanjang tahun, dengan musim panas yang pendek dan dingin yang ekstrem.
6. Iklim Gurun (BWh, BWk): Iklim gurun terjadi di wilayah-wilayah kering dengan curah hujan yang sangat sedikit. Iklim ini ditandai dengan suhu yang sangat tinggi di siang hari dan suhu yang rendah di malam hari.
Sementara itu di Indonesia sendiri, tipe Iklim Koppen yang sesuai dalah Iklim A dengan sub iklim Af, Am dan Aw. Baca selanjutnya: Iklim Koppen di Indonesia
Gambar: Pixabay