Siklon ekstratropis atau juga dikenal sebagai siklon lintang tengah atau siklon frontal, adalah jenis sistem cuaca bertekanan rendah yang biasanya terbentuk di luar daerah tropis, biasanya di lintang tengah atau lintang tinggi (sekitar 30⁰-60⁰) baik LU dan LS.
Siklon ekstratropis sering dikaitkan dengan pola cuaca berskala besar, seperti aliran jet, dan bertanggung jawab atas banyak perubahan cuaca yang terjadi di wilayah lintang tengah.
Siklon ekstratropis dicirikan oleh adanya pusat tekanan rendah yang berputar, atau siklon, yang biasanya berdiameter beberapa ratus kilometer. Tekanan rendah di pusat siklon menyebabkan udara mengalir ke dalam dan ke atas, yang mengarah ke pembentukan awan dan curah hujan.
Di Belahan Bumi Utara, udara mengalir berlawanan arah jarum jam di sekitar pusat siklon, sedangkan di Belahan Bumi Selatan, udara mengalir searah jarum jam.
Peta di atas menunjukkan lokasi terbentuknya siklon tropis (panah hijau) dan siklon ekstratropis (warna hitam).
Siklon ekstratropis biasanya dikaitkan dengan front, yang merupakan batas antara massa udara dengan suhu dan kadar air yang berbeda. Ada dua jenis front utama: front dingin dan front hangat. Bagian depan yang dingin berhubungan dengan udara yang lebih dingin dan kering dan sering kali membawa penurunan suhu yang tajam, sedangkan bagian depan yang hangat berhubungan dengan udara yang lebih hangat dan lebih lembab dan sering kali membawa awan dan curah hujan.
Siklon ekstratropis dapat berdampak signifikan pada cuaca dan iklim, termasuk angin kencang, hujan lebat atau salju, badai petir, dan bahkan tornado. Badai ini juga dapat menimbulkan dampak ekologi dan ekonomi yang penting, seperti kerusakan tanaman, banjir, dan gangguan transportasi.
Siklon ekstratropis berbeda dengan siklon tropis, yang merupakan sistem cuaca bertekanan rendah yang terbentuk di atas perairan laut yang hangat dan ditandai dengan angin kencang dan hujan lebat. Siklon tropis juga dikenal dengan nama yang berbeda tergantung lokasinya, termasuk badai, topan, dan siklon.