Gempa bermagnitudo 5,6 skala Richter yang mengguncang wilayah Cianjur kemarin mengakibatkan kerusakan parah terutama disekitar pusat episentrum gempa.
Hingga hari ini tercatat ada 270 korban jiwa yang terdata oleh pemerintah dan angka ini berpotensi bertambah karena masih banyak keluarga yang melaporkan kehilangan anggota di bawah reruntuhan.
Jika kita lihat di berita dan media sosial, banyak rumah-rumah dan bangunan runtuh, jalanan terangkat dan longsor terjadi di jalan raya Puncak-Cianjur.
Lalu mengapa gempa darat kemarin begitu sangat merusak dan dampaknya besar?. Ada setidaknya dua faktor yang menyebabkan kondisi tersebut.
Faktor pertama adalah kondisi fisiografis wilayah episentrum gempa adalah wilayah perbukitan dengan kondisi topografi perbukitan dengan jenis tanah dominan vulkanik.
Tanah vulkanik adalah tanah hasil endapan erupsi gunung api. Umumnya tanah vulkanik ini tergolong jenis tanah muda sehingga memiliki butir yang halus.
Saat manusia membangun sebuah pemukiman atau bangunan di atas tanah vulkanik maka ketika getaran seismik terjadi, butiran tanah halus tersebut akan memperbesar tingkat kerusakan fondasi bangunan karena sifatnya belum begitu kokoh, daya ikat antar butir lemah.
Itulah mengapa banyak bangunan roboh dan tanah di sekitarnya terangkat, bisa dilihat di gambar di bawah ini. Panah atas menunjukkan rumah yang terangkat fondasinya, sementara panah kedua menunjukkan kondisi jalan yang terbelah dan amblas.
Kerusakan parah gempa Cianjur |
Tanah vulkanik berbutir halus tidak kompak |
Selanjutnya faktor yang mengakibatkan banyak bangunan roboh dan mengakibatkan korban jiwa adalah struktur bangunan yang tidak sesuai desain tahan gempa. Sebenarnya contoh bangunan tahan gempa adalah bangunan rumah adat Sunda tipe panggung pendek dengan konstruksi atap ijuk dan dinding bukan beton (bisa anyaman bambu atau kayu).
Akan tetapi saat ini filosofi pembangunan rumah tradisional sudah ditinggalkan masyarakat jadi akibatnya saat gempa terjadi maka rumah tidak akan kokoh. Masyarakat Sunda sejak dahulu sudah memiliki filosofi dan visi dalam membangun rumah.
Sama dengan masyarakat adat suku-suku lain di Indonesia, membangun rumah membutuhkan filosofi yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitarnya.
Jika diadaptasi dengan bahan modern tentu pembangunan rumah tahan gempa akan membutuhkan biaya lebih mahal dibandingkan konstruksi standar biasa. Jadi pilihan sekarang ada di tangan pemerintah dan masyarakat, apakah akan terus menambah korban di masa depan atau mencoba untuk mencari solusi agar masyarakat dapat membangun rumah tahan gempa dengan biaya yang bisa ditekan.
Indonesia khususnya Jawa berada di zona rawan gempa jadi masyarakat di semua wilayah yang terutama dekat patahan/sesar harus waspada tingkat tinggi. Gempa adalah fenomena yang tidak bisa diprediksi, jika terjadi berlangsung cepat dan potensi melarikan diri sempit.
Jadi satu-satunya cara adalah mencoba membuat bangunan rumah yang strukturnya tahan gempa agar meminimalisir terjadinya runtuhan. Mencegah lebih baik daripada mengobati.