Hari ini semua masyarakat Indonesia tentu tak sabar menunggu pengumuman resmi pemerintah terkait tanggal Idul Fitri 1443 H atau 1 Syawal. Memang seperti apa sih cara menentukan awal bulan dalam kalender Hijriyah?.
Jadi di Islam itu metode yang digunakan untuk membuat kalender adalah dengan patokan revolusi bulan, beda dengan masehi yang menggunakan revolusi matahari.
Jadi sederhananya awal hari dalam islam itu dimulai saat magrib ketika matahari terbenam, karena bulan muncul saat mulai petang hari. Contoh gambar bulan baru itu tipis, seperti berikut.
Hilal awal bulan |
Sebetulnya di jaman modern dengan teknologi canggih seperti sekarang ini, perhitungan matematis fase bulan sudah akurat dan kita tinggal santuy saja depan komputer sudah bisa hitung otomatis.
Hanya di Indonesia penentuan jatuhnya awal bulan terutama puasa dan idul fitri yang selalu rame. Kenapa demikian?. Karena di Indonesia ada organisasi Islam besar dan masih memegang teguh metode rukyat hilal seperti jaman nabi dan memang secara eksplisit ada dalam Quran. Tapi selalu ingat bahwa nabi mengajarkan "didiklah anakmu sesuai jamannya".
Kalau jaman nabi memang belum ada teleskop, perhitungan matematis pun belum baik. Baru di era cendekiawan muslim seperti Al Biruni, Al Khawarizmi dan lainnya metode matematika mulai dikenal untuk mempermudah kehidupan.
Hilal atau bulan sabit baru tipis itu sangat sulit dilihat jika kondisi atmosfer di sekitar kita itu banyak gangguan entah itu cahaya matahari terlalu terang, ada awan, lampu-lampu kota, polusi dan lainnya. Meskipun memang sudah pasti hilal itu ada tapi karena keterbatasan mata manusia maka tidak akan terlihat. Selain itu faktor fisiografis wilayah juga mempengaruhi mudah tidaknya mengamati benda langit.
Itulah mengapa mengamati benda langit lebih baik di daerah sepi seperti gurun pasir di Saudi karena miskin gangguan-gangguan tadi. Jadi solusinya tentu adalah sains matematika astronomi.
Menurut kriteria baru Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darusssalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura atau MABIMS, imkanur rukyat dianggap memenuhi syarat apabila posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat. Kriteria ini merupakan pembaruan dari kriteria sebelumnya, yakni 2 derajat dengan sudut elongasi 3 derajat yang mendapat masukan dan kritik.
Tinggi dan elongasi bulan baru di ufuk |
Jadi sebenarnya menurut saya sih lebih praktis pakai metode hisab atau hitungan astronomi. Bayangkan saja untuk pendanaan rukyat hilal langsung saja bisa habis berapa milyar se Indonesia. Lebih baik dananya dialokasikan ke yatim piatu, atau tunjangan guru kemenag atau apalah.
Saya sendiri tidak menolak metode rukyat hilal karena itu adalah yang dilakukan Nabi pada zaman dahulu, karena memang kondisi yang berbeda. Namun sekarang ini lebih baik mengikuti perkembangan zaman dan demi menghindari polemik antar umat.
Perbedaan penetapan hari raya sebenarnya karena setiap ormas memiliki kriteria rukyat dan hisab yang berbeda. Metode tidak salah cuma kriteria yang jadi masalahnya, maka disinilah ilmu astronomi bisa menyatukan perbedaan tersebut untuk mendapatkan solusinya.
Lalu apakah kita sendiri di rumah bisa belajar memantau hilal atau fase bulan?. Owh bisa sekali, tinggal klik situs ini : Moonphases kalian bisa belajar mengamati posisi bulan dari tempat kalian.
Saat ini tanggal 1 Mei sudah masuk bulan baru jadi besok itu sudah 1 Syawal. Selesai, kan mudah banget dengan bantuan teknologi tanpa neropong langsung pun kita udah tahu kapan bulan baru.
Jadi saya lebih cocok mengedepankan sains untuk perhitungan kalender Islam yang ajeg. Coba aja sekarang kalender hijriyah global itu gak ada, yang ada malah kalender ormas-ormas Islam. Memang orang Indonesia itu lebih senang berbeda-beda, jadi ya maklumi saja. Selamat belajar astronomi.
Tetap jaga persatuan dan kesatuan meskipun berbeda pandangan, karena perbedaan adalah pemersatu Indonesia.