Halo pemirsa sobat blog gurugeografi setanah air Indonesia, kali ini saya akan berbagai sedikit pengalaman nih terkait penipuan voucher hotel gratis.
Di jaman sekarang ini semua orang akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang, bahkan salah satunya dengan menipu.
Sebenarnya dalam hal bisnis, penipuan adalah dampak dari ketidacerdasan konsumen sendiri. Memang disamping sang penipu adalah ahli tulen menghipnotis (dalam hal marketing) ditambah kita sebagai konsumen buta literasi.
Jadi saya akan beri contoh saja pengalaman ditawari voucher gratis menginap di hotel Bali. Awal bulan lalu saya pergi ke salah satu mall besar di pinggiran Jakarta.
Di salah satu supermaket ketika saya sedang berbelanja, saya dihampiri oleh seorang pria yang meminta saya untuk mengisi kuesioner.
Lantas saya bertanya "ini kuesioner apa ya?". Pria berusia tanggung tersebut lantas menjawab "ini hanya kuesioner dari program hotel pak, bukan apa-apa".
Lalu dengan terpaksa saya mengisi kuesioner tersebut yang judulnya"XXXXXXXBali" semacam itu lah.
Pria tadi juga mewancarai saya terkait nama, isteri, profesi sampai gaji segala. Lalu tak lupa nomor hp dan email diminta. Wah dalam hati pasti ini list marketing, tapi gak papa saya ingin mencoba alias ngetes.
Singkat cerita kuesioner udah diisi dan saya pergi pulang ke rumah setelah belanja di mall tersebut.
Seminggu kemudian seperti yang saya duga mulai muncul gempuran telepon dari agen liburan tersebut untuk menawarkan voucer hotel gratis di Bali selama 3 hari.
Saya diminta untuk ikut pertemuan di Hotel yang sudah ditunjuk kemudian membawa KTP dan katanya tidak ada ikatan apa-apa atau bayar apa-apa.
Modus tipu-tipu voucher hotel |
Dalam hati, jaman sekarang mana ada yang gratis bos. Dulu saya juga berpengalaman sebagai marketing jadi paham pola-pola seperti ini.
Saya lalu menolak voucher tersebut dengan alasan gak punya duit ongkosnya. Lalu sang CS bisa mengcounter dengan kalimat "nanti akan ada undian tiket gratis lho pak di akhir acara".
Kata saya "mbahmu lek", enak aja ngomong. Gak usah diundi kalau mau..ngasih aja. Terlihat bertele-tele, tersistematis dari segi kata-kata.
Telpon kemudian ditutup dan karena saya penasaran lalu saya coba cek pengalaman blogger yang pernah ditawari model voucher hotel abal-abal ini di google.
Ternyata hasilnya udah banyakkkkk sekali yang kena tipu. Jadi nanti pas acara itu sang calon konsumen akan diprospek dengan ajian marketing level dewa supaya gak sadar alam pikirannya dan tiba-tiba ikut member dan harus bayar keanggotaan.
Biaya yang harus dibayar per bulan atau per tahun pun fantastis bisa bikin bangkrut. Ngapain liburan harus setor kaya asuransi segala, wong edan.
Gile aje kan, ini nih gak sukanya dunia marketing jaman now. Jadi alhasil saya gak jadi datang ke acara tersebut daripada buang-buang waktu gak penting, mending ikut acara lain yang berfaedah.
Sang CS akhirnya nelpon juga di hari H, menanyakan kenapa gak datang. Saya jawab, gak jadi karena banyak urusan. Kalau mau bagi-bagi voucher ya tinggal kasih ke yang lain apa susahnya.
Memang marketing penipuan ini menyasar orang-orang yang awam sekali sehingga misalkan dari 1000 orang pun dapat 10 orang itu udah bagus. Jadi sebisa mungkin kita jangan jadi bagian yang 10 orang tadi.
Kuncinya adalah jangan mudah terbujuk rayuan pertama kali seorang sales. Perbanyak membaca dan cek n ricek sebelum memutuskan bergabung ke sebuah acara pembagian voucher hotel gratis di Bali.