Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah Indonesia, pemerintah mengeluarkan kebijakan larya.angan mudik selama bulan Ramadan dan Lebaran tahun ini. Bukan tanpa alasan karena pandemi Corona yang belum menunjukkan tanda akan menurun.
Pemerintah tentu dengan berat hati harus mengeluarkan kebijakan ini demi alasan kemanusiaan. Mudik tentunya adalah suatu tradisi masyarakat kaum urban di Indonesia yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Ramadan dan lebaran tahun ini akan berbeda dari tahun sebelumnya yang selalu diramaikan oleh berita mudik, macet dan lainnya. Apa daya virus COVID-19 membuat kita rehat sejenak dari rutinitas ini dan harus duduk manis di perantauan sampai pandemi reda.
Saat ini tidak boleh ada arus masuk dan keluar dari dan menuju wilayah episenter Corona, zona merah dan zona PSBB. Semua dilakukan demi menekan angka penularan virus ini yang sangat cepat. Diharapkan larangan mudik akan membuat mobilitas menurun dan kontak antara manusia pun berkurang sehingga penyebaran virus bisa ditekan.
Semenjak Indonesia resmi terdampak COVID-19 pada Maret 2020, jumlah kasus terinfeksi semakin melonjak tanjam dan sampai saat ini belum ada trend akan menurun. Kita masih menunggu puncak pandemi yang tidak tahu sampai kapan terjadinya.
Jika tidak ada kebijakan ekstrim maka sudah pasti pandemi semakin menyebar luas dan akan berbahaya bagi keberlangsungan bangsa. Kita sekarang hanya bisa sabar, berdoa dan mengikuti arahan pemerintah agar badai pandemi ini berlalu.
Kita tentu sangat rindu akan berkumpul dengan teman, kerabat, orang tua bercengkerama satu sama lain. Namun saat ini kita hanya bisa menyendiri dan mungkin Tuhan ingin kita mendekat kepadaNya karena sudah terlalu lama diacuhkan oleh kita. Kita terlalu sering bercengkerama dengan sesama manusia dan lupa untuk bersua dengaNya.
Badai Pasti Berlalu, itulah salah satu lagu yang tentu sekarang kita inginkan benar-benar terjadi di dunia. Masyarakat dunia ingin pulih dan normal kembali seperti sediakala dan nampaknya hanya Tuhan yang bisa menghentikan pandemi ini.
Pemerintah tentu dengan berat hati harus mengeluarkan kebijakan ini demi alasan kemanusiaan. Mudik tentunya adalah suatu tradisi masyarakat kaum urban di Indonesia yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Ramadan dan lebaran tahun ini akan berbeda dari tahun sebelumnya yang selalu diramaikan oleh berita mudik, macet dan lainnya. Apa daya virus COVID-19 membuat kita rehat sejenak dari rutinitas ini dan harus duduk manis di perantauan sampai pandemi reda.
Saat ini tidak boleh ada arus masuk dan keluar dari dan menuju wilayah episenter Corona, zona merah dan zona PSBB. Semua dilakukan demi menekan angka penularan virus ini yang sangat cepat. Diharapkan larangan mudik akan membuat mobilitas menurun dan kontak antara manusia pun berkurang sehingga penyebaran virus bisa ditekan.
Sepinya Jakarta |
Jika tidak ada kebijakan ekstrim maka sudah pasti pandemi semakin menyebar luas dan akan berbahaya bagi keberlangsungan bangsa. Kita sekarang hanya bisa sabar, berdoa dan mengikuti arahan pemerintah agar badai pandemi ini berlalu.
Kita tentu sangat rindu akan berkumpul dengan teman, kerabat, orang tua bercengkerama satu sama lain. Namun saat ini kita hanya bisa menyendiri dan mungkin Tuhan ingin kita mendekat kepadaNya karena sudah terlalu lama diacuhkan oleh kita. Kita terlalu sering bercengkerama dengan sesama manusia dan lupa untuk bersua dengaNya.
Badai Pasti Berlalu, itulah salah satu lagu yang tentu sekarang kita inginkan benar-benar terjadi di dunia. Masyarakat dunia ingin pulih dan normal kembali seperti sediakala dan nampaknya hanya Tuhan yang bisa menghentikan pandemi ini.