Beberapa waktu lalu Indonesia dilanda fenomena gempa tektonik di Palu yang memicu terjadinya fenomena tsunami dan likuifaksi.
Likuifaksi di Palu membuat satu desa terkubur bersama penduduknya. Fenomena ini tergolong langka dan emerluka sebab khusus.
Lalu seperti apa sih likuifaksi itu dan bagaimana cara mengetahui suatu daerah itu terancam likuifaksi atau tidak?.
Likuifaksi di Palu membuat satu desa terkubur bersama penduduknya. Fenomena ini tergolong langka dan emerluka sebab khusus.
Lalu seperti apa sih likuifaksi itu dan bagaimana cara mengetahui suatu daerah itu terancam likuifaksi atau tidak?.
Likuifaksi pada dasarnya terjadi saat getaran tekanan air dalam tanah menyebabkan partikel tanah kehilangan daya kontak/cengkeram satu sama lain.
Dampak likuifaksi ini adalah tanah akan berperilaku seperti cairan dan memiliki ketidakmampuan mendukung berat badan sehingga mampu meluncur menuruni lereng yang tidak curam.
Kondisi likuifaksi ini bersifat sementara dan paling banyak dipicu gempa bumi yang menyebabkan bergetarnya air di dalam pori-pori tanah. Likuifaksi dapat terjadi dikarenakan 3 faktor berikut:
Dampak likuifaksi ini adalah tanah akan berperilaku seperti cairan dan memiliki ketidakmampuan mendukung berat badan sehingga mampu meluncur menuruni lereng yang tidak curam.
Kondisi likuifaksi ini bersifat sementara dan paling banyak dipicu gempa bumi yang menyebabkan bergetarnya air di dalam pori-pori tanah. Likuifaksi dapat terjadi dikarenakan 3 faktor berikut:
1. Tanah jenuh akan air
2. Getaran yang kuat
3. Jenis tanah halus, atau sedimen tidak kompak
Likuifaksi mengubur desa beserta penduduknya |
Lalu bagaimana sebenarnya likuifaksi terjadi di Palu?
Daerah dekat Teluk atau tanah rawa yang dikeruk atau mengalami reklamasi lahan paling rentan terhadap pencairan likuifaksi, menurut Badan Pertanahan Amerika jenis tanah halus, berpasir sangat rentan dilanda likuifaksi.
Pencairan tanah telah diamati selama gempa-bumi besar lainnya, seperti saat gempa bumi Loma Prieta 1989 di California, atau selama tahun 1948 di Fukui Jepang, dimana sekitar 67.000 rumah rusak dan lebih dari 3.000 orang tewas.
Pencairan tanah telah diamati selama gempa-bumi besar lainnya, seperti saat gempa bumi Loma Prieta 1989 di California, atau selama tahun 1948 di Fukui Jepang, dimana sekitar 67.000 rumah rusak dan lebih dari 3.000 orang tewas.
Kondisi fisik kota Palu sangat memicu terhadap likuifaksi karena lokasi kota di tepi pantai, di ujung teluk dan dikelilingi delta sungai. Beberapa video amatir memperlihatkan bahwa bangunan bahkan bergerak seperti di atas sungai dengan gelombang-gelombang tanah berlumpur menerjang dengan kuat, sangat mengerikan sekali.
Secara geologi Palu berada pada daerah Sesar Palukoro yang memang berpotensi untuk dilanda pergerakan. Riset geologi menemukan bahwa tanah di wilayah Palu bertipe sedimen aluvial periode kuarter.
Lapisan berpasir sekitar 1-7 m diikuti lapisan geluh di bawah dan terakhir tanah liat. Tingkat air tanah dalam kategori dangkal (< 12 m dari permukaan). Daerah terdampak likuifaksi Balaroa awalnya adalah rawa namun disulap jadi kota.
Membangun fondasi pada tipe tanah berpasir ini sangat tidak dianjurkan karena rawan likuifaksi dan akhirnya hal tersebut terjadi. Gambar: disini
Lapisan berpasir sekitar 1-7 m diikuti lapisan geluh di bawah dan terakhir tanah liat. Tingkat air tanah dalam kategori dangkal (< 12 m dari permukaan). Daerah terdampak likuifaksi Balaroa awalnya adalah rawa namun disulap jadi kota.
Membangun fondasi pada tipe tanah berpasir ini sangat tidak dianjurkan karena rawan likuifaksi dan akhirnya hal tersebut terjadi. Gambar: disini