Selamat pagi, halo teman-teman semua bagaimana kabarnya hari ini?. Semoga sehat selalu dan senantiasi produktif berkarya. Di pagi ini saya akan mencoba memberikan sebuah pendapat alias opini, karena di era demokrasi ini tentu kita bebas mengemukakan pendapat bukan?.
Tema yang diangkat adalah tentang berita yang sedang hot di Indonesia yaitu pidato Prabowo terkait bubarnya Indonesia di tahun 2030. Seperti yang sudah menjadi fenomena umum bahwa setelah terjadi fenomena aneh di Indonesia maka pasti akan disusul oleh fenomena yang lebih aneh lagi sesaat setelahnya.
Tema yang diangkat adalah tentang berita yang sedang hot di Indonesia yaitu pidato Prabowo terkait bubarnya Indonesia di tahun 2030. Seperti yang sudah menjadi fenomena umum bahwa setelah terjadi fenomena aneh di Indonesia maka pasti akan disusul oleh fenomena yang lebih aneh lagi sesaat setelahnya.
Beberapa waktu setelah mendengar/melihat berita tentang isi pidato Prabowo tersebut saya langsung coba cek berita di berbagai kanal medsos. Dan seperti yang sudah diperkirakan, masyarakat dunia maya langsung berkomentar sana-sini, ada yang pro dan ada yang kontra, pastinya.
Lalu saya melihat klarifikasi di media berita televisi yang menghadrikan politisi terkait, isinya adalah adu argumen juga. Yang menjadi kader Gerindra tentu pasti akan membela dong dengan alasan apapun dan yang kader lainnya pasti akan tidak setuju, marah sampai debat kusir.
Lalu saya melihat klarifikasi di media berita televisi yang menghadrikan politisi terkait, isinya adalah adu argumen juga. Yang menjadi kader Gerindra tentu pasti akan membela dong dengan alasan apapun dan yang kader lainnya pasti akan tidak setuju, marah sampai debat kusir.
Lalu apa yang salah dari isi pidato Prabowo yang menyebutkan Indonesia bubar di tahun 2030?. Sebenarnya seorang politisi sah-sah saja mengeluarkan statement saat berorasi di depan khalayak, namun di era saat ini alias jaman now, setiap politisi apalagi seorang figur parpol/calon kepala daerah/presiden harus hati-hati dalam pemilihan kata/redaksi saat berpidato.
Jadi kata kunci disini adalah redaksi atau perbendaharaan kata. Mengapa redaksi itu penting?. Karena masyarakat Indonesia kini jaman now adalah masyarakat yang dikontrol oleh MEDIA.
Ya, media adalah senjata powerful dalam menggiring opini, pikirian, kebencian. Jadi menurut saya ada satu kesalahan kecil dalam pidato tersebut yang akhirnya sudah pasti langsung jadi trending bukan?.
Jadi kata kunci disini adalah redaksi atau perbendaharaan kata. Mengapa redaksi itu penting?. Karena masyarakat Indonesia kini jaman now adalah masyarakat yang dikontrol oleh MEDIA.
Ya, media adalah senjata powerful dalam menggiring opini, pikirian, kebencian. Jadi menurut saya ada satu kesalahan kecil dalam pidato tersebut yang akhirnya sudah pasti langsung jadi trending bukan?.
Tapi kalau dari sisi kenyataan apakah memang Indonesia bisa bubar di 2030? (mungkin dalam kamus lain jadi "hancur"?. Bisa saja melihat semakin tingginya hutang luar negeri, belum pinjam dari Tiongkok yang berbunga tiap tahun, belum pembangunan industri yang investornya kebanyakan dari asing dll.
Akan tetapi, dalam konteks ini, seorang figur politik kan tentunya berambisi untuk menduduki suatu posisi (katakanlah presiden), nah salah satu syarat utama untuk meraih kursi RI satu adalah dengan memikat hati masyarakat.
Artinya ia harus bisa "menghipnotis" masyarakat RI agar yakin bahwa apa dia katakan mampu menggerakan pemilih untuk mencoblosnya di pilpres.
Akan tetapi, dalam konteks ini, seorang figur politik kan tentunya berambisi untuk menduduki suatu posisi (katakanlah presiden), nah salah satu syarat utama untuk meraih kursi RI satu adalah dengan memikat hati masyarakat.
Artinya ia harus bisa "menghipnotis" masyarakat RI agar yakin bahwa apa dia katakan mampu menggerakan pemilih untuk mencoblosnya di pilpres.
Lalu apa yang salah dari pidato bubarnya Indonesia di 2030?. Tidak ada yang salah, yang salah hanya dalam pemilihan redaksi kata saja. Satu kata saja salah saat ini bisa digoreng menjadi bola panas di medsos.
Jadi memang seorang figur politik harus hati-hati dan memiliki kemampuan bercakap/memilih kata dengan baik, jangan sampai nantinya akan membuat kehebohan. Lihat saja contoh omongan Ahok yang akhirnya jadi fenomena heboh lain.
Sebetulnya kalaupun omongan itu hanya didengar masyarakat yang ada disekitarnya saja tentu tidak masalah, Ahok minta maaf pun sebenarnya masalah selesai, menurut saya.
Namun di jaman sekarang ini ingat, kamera dimana-mana, mikrofon dimana-mana, upload video tinggal sekali klik, lalu nyebar, ditonton orang banyak, lalu otaknya jadi panas, makin panas dishare lagi dan akhirnya "Paciweuh" mun basa sunda mah.
Jadi memang seorang figur politik harus hati-hati dan memiliki kemampuan bercakap/memilih kata dengan baik, jangan sampai nantinya akan membuat kehebohan. Lihat saja contoh omongan Ahok yang akhirnya jadi fenomena heboh lain.
Sebetulnya kalaupun omongan itu hanya didengar masyarakat yang ada disekitarnya saja tentu tidak masalah, Ahok minta maaf pun sebenarnya masalah selesai, menurut saya.
Namun di jaman sekarang ini ingat, kamera dimana-mana, mikrofon dimana-mana, upload video tinggal sekali klik, lalu nyebar, ditonton orang banyak, lalu otaknya jadi panas, makin panas dishare lagi dan akhirnya "Paciweuh" mun basa sunda mah.
Inilah fenomena masyarakat Indonesia saat ini, yaitu ketidakmampuan mengolah sebuah informasi dengan benar sehingga mudah dipecah belah melalui berita di medsos. Jadi dalam hal kaitan Prabowo yang sedang bertarung menuju RI 1 tentu ini akan menjadi bumerang karena salah dalam membangun sebuah kata/informasi. Kan itu pidato di internal partai saja di dalam ruangan?.
Iya memang benar di dalam ruangan, tapi kan semua orang bawa handphone, belum lagi kalau ada oknum mata-mata dll, pastinya kan tinggal rekam lalu upload, selesai deh jadinya seperti saat ini (heboh gak karuan). Jadi memang kemampuan menyusun kalimat di jaman sekarang itu sangat krusial dalam menentukan simpati masyarakat.
Iya memang benar di dalam ruangan, tapi kan semua orang bawa handphone, belum lagi kalau ada oknum mata-mata dll, pastinya kan tinggal rekam lalu upload, selesai deh jadinya seperti saat ini (heboh gak karuan). Jadi memang kemampuan menyusun kalimat di jaman sekarang itu sangat krusial dalam menentukan simpati masyarakat.