Jika kamu memilih, mendingan hidup di kota atau di desa?. Kalau saya lebih memilih untuk tinggal di pedesaan.
Desa dan kota merupakan dua daerah yang memiliki karakteristik yang berbeda namun tidak bisa dipisahkan dalam interaksi kehidupan saat ini.
Kali ini kita akan bahas dulu tentang karakteristik sosial masyarakat desa. Desa dapat diartikan sebagai suatu perwujudan dari interaksi manusia dengan lingkungan fisiknya. Secara administratif, desa berada di bawah kabupaten.
Baca juga:
Peta sebaran fauna di dunia Wallacea
Potensi fisik dan non fisik desa
Desa dan kota merupakan dua daerah yang memiliki karakteristik yang berbeda namun tidak bisa dipisahkan dalam interaksi kehidupan saat ini.
Kali ini kita akan bahas dulu tentang karakteristik sosial masyarakat desa. Desa dapat diartikan sebagai suatu perwujudan dari interaksi manusia dengan lingkungan fisiknya. Secara administratif, desa berada di bawah kabupaten.
Baca juga:
Peta sebaran fauna di dunia Wallacea
Potensi fisik dan non fisik desa
1. Sistem Kekerabatan Erat
Masyarakat desa memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain. Kehidupan mereka relatif berkelompok dan berlandaskan asas kekeluargaan.
Kegiatan bertani sering dilakukan bersama-sama dan tidak berasaskan spesialisasi keahlian, yang penting dia punya tenaga dan fisik yang baik.
Jika ada pembangunan fasilitas umum, masyarakat desa sering bergotong royong untuk menyelesaikannya seperti jembatan, mesjid, jalan dan rumah.
Dalam hal ini, Emile Durkeim menyebutnya sebagai solidaritas mekanik atua geminschaft yang artinya kelompok yang semua anggotanya saling terikat secara emosional.
Kegiatan bertani sering dilakukan bersama-sama dan tidak berasaskan spesialisasi keahlian, yang penting dia punya tenaga dan fisik yang baik.
Jika ada pembangunan fasilitas umum, masyarakat desa sering bergotong royong untuk menyelesaikannya seperti jembatan, mesjid, jalan dan rumah.
Dalam hal ini, Emile Durkeim menyebutnya sebagai solidaritas mekanik atua geminschaft yang artinya kelompok yang semua anggotanya saling terikat secara emosional.
2. Pola Kehidupan Diatur Kondisi Alam
Penduduk desa umumnya memiliki kegiatan sehari-hari seperti petani atau nelayan. Artinya mereka sangat bergantung dengan kondisi alam seperti cuaca.
Jika musim hujan tiba, maka masyarakat desa akan turun ke sawah untuk bercocok tanam sedangkan saat musim kemarau tiba mereka tidak pergi ke sawah namun mencari pekerjaan lain seperti menjadi buruh bangunan atau berdagang.
Nelayan di pantai akan libur melaut jika cuaca buruk dan kembali melaut jika cuaca sudah membaik. Baca juga: Klasifikasi awan menurut bentuk dan ketinggian
Jika musim hujan tiba, maka masyarakat desa akan turun ke sawah untuk bercocok tanam sedangkan saat musim kemarau tiba mereka tidak pergi ke sawah namun mencari pekerjaan lain seperti menjadi buruh bangunan atau berdagang.
Nelayan di pantai akan libur melaut jika cuaca buruk dan kembali melaut jika cuaca sudah membaik. Baca juga: Klasifikasi awan menurut bentuk dan ketinggian
Masyarakat di desa secara umum memiliki jenis pekerjaan mayoritas homogen. Ada desa yang mayoritas petani, nelayan atau pengrajin. Hanya beberapa orang saja yang menekuni pekerjaan lain seperti berdagang atau menjadi guru dan lainnya.
4. Terikat Adat Istiadat
Masyarakat desa umumnya yang masih tradisional masih sangat terikat oleh adat istiadat. Aturan adat sangat mengikat kehidupan setiap orang. Usia dan ketokohan sangat berperan dalam kehidupan penduduknya.
Golongan orang tua atau sesepuh adalah orang penting yang sering dimintai nasihat bila ada kesulitan. Tokoh-tokoh adat sangat disegani dan semua kebijakan harus disetujui terlebih dahulu oleh kepala adat. Adat istiadat harus dipegang teguh dan dilaksanakan oleh setiap orang. Hal ini menjadi kearifan lokal tersendiri yang yang harus dilestarikan.
5. Pola Pikir Tradisional
Karena jauh dari modernisasi dan pendidikan memadai, maka pola pikir masyarakat desa cenderung masih tradisional atau kuno.
Ada beberapa desa yang masih enggan menerima perubahan. Mereka menganggap perubahan dan modernitas hanya akan menghancurkan tatanan kehidupan mereka yang sudah berlaku sejak zaman nenek moyang.
Baca juga: Perkembangan kota di Indonesia
Gambar: barunatirtaagung.com
Masyarakat desa umumnya yang masih tradisional masih sangat terikat oleh adat istiadat. Aturan adat sangat mengikat kehidupan setiap orang. Usia dan ketokohan sangat berperan dalam kehidupan penduduknya.
Golongan orang tua atau sesepuh adalah orang penting yang sering dimintai nasihat bila ada kesulitan. Tokoh-tokoh adat sangat disegani dan semua kebijakan harus disetujui terlebih dahulu oleh kepala adat. Adat istiadat harus dipegang teguh dan dilaksanakan oleh setiap orang. Hal ini menjadi kearifan lokal tersendiri yang yang harus dilestarikan.
5. Pola Pikir Tradisional
Karena jauh dari modernisasi dan pendidikan memadai, maka pola pikir masyarakat desa cenderung masih tradisional atau kuno.
Ada beberapa desa yang masih enggan menerima perubahan. Mereka menganggap perubahan dan modernitas hanya akan menghancurkan tatanan kehidupan mereka yang sudah berlaku sejak zaman nenek moyang.
Baca juga: Perkembangan kota di Indonesia
Gambar: barunatirtaagung.com